a. Syarat-syarat mengikuti imam
1.
Makmum harus niat mengikuti imam. Adapun imam tidak wajib
niat menjadi imam tapi sunat, agar mendapat keutamaan (fadilah)
berjamaah.
Contoh
niat shalat berjamaah :
اُصَلّى فَرْضَ الظُّهْر
مَأْمُوْمًا/امَامًا لله تَعَالَى
“Saya
niat shalat fardu dzuhur menjadi makmum/imam karena Allah”
2.
Makmum harus mengikuti imamnya dalam segala pekerjaannya.
Hasyiyah Al-Bajuri, Juz 1, hal. 194-200).
3.
Mengetahui gerak-gerik perbuatan imam, baik dengan melihat
imam langsung, melihat saff (barisan) di belakang imam, mendengar suara
imam atau suara muballigh agar makmum dapat mengikuti imam. (I’anah
Thalibin, juz 2 hal. 25)
4.
Tempat berdirinya makmum tidak boleh mendahului tempat
berdirinya imam. (Hasyiyah Al-Bajuri Ala Ibn Qasim, Juz 1, hal.
194-200).
5.
Orang yang fasih/baik bacaan Fatihahnya (qari’)
tidak boleh bermakmum kepada imam yang tidak fasih bacaan Fatihahnya (ummi).
6.
Imam dan makmum berada dalam satu empat.
7.
Jarak antara imam dengan makmum atau antara makmum dengan saff
(barisan) paling belakang tidak lebih dari 300 dzira’ (144 meter). (al-Fiqhul
Islami wa Adillatuhu juz 2 , hal. 1251)
8.
Rentetan atau susunan shalat imam dan makmum harus sama.
Dengan demikian tidak sah orang yang shalat fardu bermakmum kepada orang yang
shalat gerhana, jenazah dan sebagainya. (Syarh Al-Minhaj al-Qawim)
b.
Contoh-contoh Praktik Shalat Jamaah
1.
Praktik shalat jamaah yang sah:
·
Imam dan makmum sama-sama laki-laki
·
Imam laki-laki, makmumnya perempuan
·
Imam dan makmum sama-sama perempuan
·
Imam khuntsa (banci yang memiliki dua alat kelamin), makmumnya perempuan.
·
Imam laki-laki, makmum khuntsa.
(Hasyiyah Al-Bajuri, Juz 1, hal.
196).
2.
Praktik shalat jamaah yang tidak sah:
·
Imam khuntsa, makmum laki-laki
·
Imam perempuan, makmum khuntsa
·
Imam dan makmum sama-sama khuntsa
·
Imam perempuan, makmum laki-laki.
(Hasyiyah Al-Bajuri, Juz 1, hal.
196).
0 Comments